Umur Kedua Bagi Manusia

Manusia yang diberi rizeki berupa taufik dalam menginfakkan waktunya, mampu untuk memanjangkan umurnya dan mengulur jatah hidupnya sesudah kematiannya sampai waktu yang Allah kehendaki. Ia mayat tapi hidup. Ia menunaikan risalah untuk orang orang-orang yang hidup padahal ia telah dikubur.
Hal itu bisa terjadi jika ia meninggalkan ilmu yang bermanfaat bagi manusia atau ia telah beramal shalih, atau ia memberi pelajaran yang baik, atau ia membangun pondasi kebaikan yang memberikan buah bagi orang-orang sesudahnya, atau ia mempunyai keturunan yang shaleh, dan bagus ahlaknya, maka semua itu akan menjadi penambah umurnya dan memperbaiki sejarahnya.
Diriwayatkan oleh muslim dari Abi Hurairah bahwa Nabi pernah bersabda,
jika salah seorang anak adam meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga hal : shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Dalam hadist lain terdapat rincian untuk hadist ini,
Sesungguh nya beberapa hal berupa amal dan kebaikan-kebaikan yang melekat pada diri seseorang mukmin setelah kematianya adalah ilmu yang diamalkan dan disebarkannya, atau anak shalih yang ditinggalkan, atau mushaf yang diwariskan, atau masjid yang dibangunnya, atau sungai yang dialirkannya, atau sedekah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehatnya (sebelum mati) dan waktu hidupnyalah yang akan melekat sesudah kematianya.” (HR. Ibnu Majah). 

Diriwayatkan oleh muslim dalam shahihnya,
siapa yang menyunahkan sebuah sunnah yang baik maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala-pahala orang yang menirunya sampai hari akhir.” (HR. Muslim).

Dalam Al-Qur’an disebutkan,
sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka  kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan ..”(yasin: 12).
Pada hari itu diberitahukan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.”(Al-Qiyamah: 13).

Manusia sepakat bahwa menyebutkan kebaikan yang ditinggalkan oleh seseorang sesudah matinya adalah umur lain untuknya, yakni umur yang tidak terbatas setelah umurnya terbatas.
Sungguh besar perbedaan antara orang yang mati dengan meninggalkan hati orang-orang yang cinta padanya, mata-mata menangis, lisan-lisan tidak memujinya, yakni ciri orang yang hidup dalam penyimpangan, atau orang-orang yang zalim yang sewenang-wenang. Demikianlah seperti yang di ungkapkan dalam syair,
Itulah yang jika hidup ia tidak bersedih !
Jika mati kerabat-kerbatnya tidak bersedih!

Seperti Firman Allah,
"alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya. demikiannya dan kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh."(ad-Dhukhan: 25-29).

betapa banyak mereka yang mati tetapi kezalimannya, kesesatan, serta kekafirannya tidak ikut mati bersamanya. sungguh anak-anak dan pengikut-pengikut mereka telah mewarisi kezaliman mereka itu.
 inilah yang menjadikan orang shaleh berkata,
"alangkah beruntung bagi orang yang mati dan bersamanya mati pula dosa-dosanya. celakalah orang-orang yang mati akan tetapi dosa-dosanya masih berkeliaran hidup sesudahnya!"

Sumber : Buku Manajemen Waktu Seorang Muslim
Penulis  : Dr. Yusuf al-Qardhawi 

Template by : kendhin x-template.blogspot.com