Rabu, 28 April 2010

Cita rasa ibadah

Tidak perlu ragu, bahwa ibadah itu pasti memiliki rasa. Jika tidak, disana tidak akan dirasakan adanya kenikmatan. Diantara bukti adanya kenikmatan dalam ibadah adalah rosulullah bersabda,

orang-orang yang ridha allah sebagai rabb, islam sebagai agamanya, dan Muhammad utusan Allah dialah orang yang merasakan manisnya iman”.(HR. Muslim)

Rosulullah saw. Bersabada,

ada tiga hal, barang siapa yang ketiga hal tersebut ada pada dirinya dia akan mendapatkan manisnya iman yaitu : menjadikan Allah dan rosulnya lebih dia cintai daripada selainnya, tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah, dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan kedalam neraka.”(HR. Muslim)

Dan didalam riwayat Ahmad dariAbu Razin al-Uqaili,

apabila kamu telah melakukan yang demikian, maka butir-butir keimanan itu lebih masuk kedalam hatimu, seperti setetes air yang masuk ketenggorokan seseorang yang haus dimusim kemarau.”

Rosulullah Saw bersabda
kalian tidak akan merasakan nikmat iman sampai kalian menjadikan aku sebagai orang yang paling kalian cintai daripada orangtua, anak dan diri kalian sendiri dan orang yang berada disekeliling kalian serta manusia seluruhnya. (HR. al-Maruzi)

Sumber : buku Ibadah Pelepas Lelah
Penulis : Isham bin Abdul Muhsin al-humaidan
Khalid bin Abdurrahman ad-Darwisy

Jumat, 23 April 2010

Surga Dunia Buat Umat Islam

Disebutkan bahwa surga adalah tempat yang sangat menyenangkan. Lalu muffasirin (para ahli tafsir) juga memberi makna bahwa surga bukan saja dijumpai di akhirat. Didunia pun ada surga
Syurga di dunia adalah berupa kehidupan yang damai, aman, nyaman, sentosa dan menyenangkan. Kesenangan yang menyentuh jiwa dan dapat dirasakan oleh raga. Sebab ada kesenangan yang bersifat semu (sementara/palsu). Kesenangan semu itu berupa keinginan hawa nafsu yang terpenuhi. Sedangkan kesenangan yang hakiki ialah kesenangan jiwa dan raga, yang menimbulkan kedamaian lahir dan batin.
Selama kita hanya memahami sepotong-sepotong bahwa surga di akhirat. Jika kita memahami secara sempit, berarti shalat tidak berarti bagi pembinaan ahlak seoarang muslim. Shalat tidak bermakna bagi kehidupan sehari-hari. Banyak orang mengerjakan shalat dengan rajin tetapi tidak memahami maksud dari apa yang dikerjakannya. Ahlaknya masih tidak berubah, suka berbuat maksiat dan dosa. Mereka masih susah meninggalkan perbuatan-perbuatan keji. Ini barangkali karena cara pemahaman yang tidak benar. Bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa antara ibadah shalat dengan kehidupan sehari-hari tidak ada hubungannya sama sekali.
Allah berfirman:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab(Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sebenarnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari pada ibadah lainya). Dan Allah mengetahui apa yang engkau kerjakan. Qs. Al Ankabut 45.

Jelaslah kiranya bahwa orang islam tidak boleh memperkecil keislamannya. Jika sudah mengaku sebagai orang islam, haruslah ia mempelajari Al Qur’an dan mengerjakan shalat. Mempelajari Al Qur’an artinya mengkaji isi kandungan Al Qur’an. Sebab Al qur’an itu penuh dengan nasihat, peringatan dan larangan-larangan. Al Qur’an tidak sekedar dibaca dan dilagukan. Karena selama orang lebih suka membaca Al Qur’an dengan dilgukan saja. Sedangkan mengkaji maknanya bukanlah tanggung jawab umat manusia beriman. Shalat seharusnya dikerjakan dengan sempurna dan khusuk. Oleh karena itu, agar dapat mengerjakan sesuai dengan harapan Rasullullah saw. Maka seorang harus mempelajari Al Qur’an dan Hadist. Namun kenyataan yang sering kita jumpai bahwa kebanyakan orang yang sudah merasa cukup puas jika bisa menghafal bacaan shalat dan melakukan gerakan-gerakannya. Sedangkan pemaknaan dan kekhusukan tidak terlalu dianggap penting. Inilah yang membuat shalat yang mereka lakukan kehilangan nilainya.

Shalat dengan senang hati
apabila perintah shalat dipandang sebagai suatu yang memaksa, maka sungguh berat dilaksanakan. Jika ibadah yang dilakukan itu hanya semata-mata untuk menghindari ancaman dosa, maka ibarat orang memakai helm ketika naik motor. Dia memakai helm bertujuan melindungi kepala dari benturan, tapi semata-mata karena menghindari tilang. Sekalipun terjadi hanya kecelakaan, maka helm tidak mampu menyelamatkan jiwanya. Ini namanya tidak memahami makna perintah mengapa orang mengendarai motor harus mengenakan helm.
Begitu halnya orang yang mengerjakan shalat lima waktu hanya semata-mata karena menghindari siksa. Atau shalat jum’at dengan terpaksa agar tidak dianggap sebagai orang yang berdosa. Jadi shalat yang dikerjakan itu hanya dipahami sepotong-sepotong dan tidak akan membawa kesan positif bagi ahlak dan agamanya.
Orang seperti ini, kewajiban shalatnya dirasa sangat membebani diri. Berbeda dengan orang yang memiliki akidah kuat, ketaatannya sunguh-sungguh kepada Allah, mereka melakukan perintah dengan senang hati. Bahkan sepenuh jiwa menghamba diri kepadanya.
Rasullah saw. Bersabda,”ada lima shalat yang difardhukan oleh allah kepada para hamba. Barang siapa mengerjakan kelima-limanya dan tidak mengabaikan sedikitpun karena menganggap remeh, maka dia berhak mendapat janji Allah bahwa Dia (Allah) akan memasukkannya kedalam syurga. Dan barang siapa tidak mengerjakannya, maka dia akan menyiksanya dan jika Allah menghendaki lain, maka dia memasukkannya kedalam syurga”
Dari hadis tersebut dapatlah kita simpulkan bahwa jika seseorang mengerjakan shalat fardhu lima waktu dan tidak meremehkan, maka dia akan mendapatkan janji Allah, dimasukkan kedalam surga. Maksud ‘tidak memperkecil’ ialah mengerjakan shalat dengan sungguh-sungguh. Shalat yang diwajibkan itu dikerjakan dengan penuh taat dan senang hati. Dia tidak merasa dipaksa atau terpaksa, berarti amal itu tidak ikhlas. Sedangkan amal yang tidak ikhlas akan ditolak oleh Allah. Allah tidak menanggapi dia mengerjakan ibadah shalat.
Dalam hadis tersebut juga terdapat kalimat tentang janji Allah berupa surga bagi orang yang mengerjakan shalat yang tidak memperkecilnya. Selama ini kebanyakan diantara kita menganggap surga hanya dapat dijumapai nanti setelah kiamat. Padahal sekarang didunia ini, juga ada surga. Orang yang shalat dengan senang hati dan ikhlas akan merasakan surga didunia dan surga di akhirat.

Sumber : Buku Neraka Wail Bagi Orang Islam
Penulis :Nazaruddin Jamil

Template by : kendhin x-template.blogspot.com